Mengenai Saya

Foto saya
cuma blog anak kecil yang selalu berusaha untuk jadi dewasa di usianya yang sudah menginjak kepala 2. (masih kecil ga yaaaa??) hahaha.....

Jumat, 17 Desember 2010

Kisah tak Terduga.....

Kemarin, tepatnya hari kamis tanggal 16 Desember adalah hari yang tak akan terlupakan. Ngeliat orang meregang nyawa di depan mata. Mau cerita nih, boleh ga? Boleh yaa…. Hehehe….
Jadi gini, kemarin itu perjalanannya keluar dari rencana awal semua. Awalnya cuma mau jemput Tante sama sepupu yang dari Surabaya. Jadi rencananya dari bandara Soekarno-Hatta kami mau langsung pulang ke Bekasi. Nah, awalnya mau langsung pisah di bandara sama sepupuku yang kuliah di bandung. Tapi ternyata travel dari bandara ke Bandung baru ada jam 12, sedangkan sepupuku ada kuliah jam 13.30 dan dapet giliran presentasi hari itu. Alhasil kami harus mengantar sepupuku itu ke Bandung dulu, tepatnya di Sarijadi. Dan ternyata perjalanan ke Bandung hari itu macet luar biasa!! Begitu keluar Tol Pasteur ternyata masih macet luar biasa di sekitar kampus Maranatha. Dalam kemacetan itu kami melihat bapak-bapak yang mengendarai mobil APV arena turun dari mobil dan memarahi supir Taksi Gemah Ripah yang kami ga tau persis apa masalahnya. Pak supir Taksi menjelaskan alasannya sambil terus tersenyum. Lalu si Bapak empunya APV ini sambil tolak pinggang mengancam pak supir taksi sambil menunjuk-nunjuk beliau. Ga lama, mobil APV ini pindah ke depan mobil kami dan ga lama mobil taksi pun menyusul ke depan mobil kami (karena penumpangnya sedang terburu-buru). Selang beberapa detik mobil taksi mundur dan membentur mobil kami. Sempat kesal, om saya keluar dari mobil dan mengecek kondisi mobil kami sambil mengecek pak sopir taksi. Ga lama setelah itu, ibu-ibu penumpang taksi tersebut keluar sambil minta tolong. Alhasil setelah melihat kondisi seperti itu beberapa orang berkumpul termasuk om saya berusaha menolong pak supir. Tante saya pun ikut keluar berusaha menenangkan penumpang taksi tadi yang diperkirakan usianya 65 tahun. Ga lama saya pun ikut keluar begitu melihat ada seseorang yang berusaha mengeluarkan si bapak dari mobil. Saya langsung masuk taksi dan mencopot seat belt yang masih melilit badannya. Saat itu keadaannya sudah kaku dengan kepala mendongak ke kiri dan kedua tangan mengepal. Setelah dipindahkan ke kursi depan di sebelah kiri, tanteku mengelus kepalanya dan mencoba membuatnya sadar sambil membaca ayat kursi. Ibu-ibu yg menjadi penumpang masih panic dan berusaha menelpon orang yang menunggunya dan kantor taksi tadi. Belakangan diketahui kalo Pak supir ini menderita penyakit jantung. 
Berbagai usaha telah dilakukan untuk menolong pak Maman (nama supir taksi tadi). Setelah berhasil membawa mobilnya ke pinggir agar tak menambah kemacetan makin parah, kami mulai berpikir untuk membawa pak Maman ke rumah sakit terdekat. Namun entah kenapa tak ada yang menyanggupi untuk membawa taksinya. Saya dan keluarga punya urusan yang mendesak yang masih belum selesai. Alhamdulillah ada seorang perempuan yang ikut meminggirkan mobilnya dan bersedia membawa Pak Maman dengan mobilnya. Merasa punya tanggung jawab untuk tahu kabar pak Maman lebih lanjut akhirnya kami meminta nomor telpon Deli (nama perempuan ini) untuk memantau perkembangan Pak Maman. Sesampainya mengantar sepupuku sampe tempat kos nya kami kembali menghubungi Deli, tapi dia bilang Pak Maman belum juga ditangani karena tidak ada yang bisa menanggung Pak Maman. Kami berusaha menelpon kantornya untuk menanggung beliau, tapi tidak bisa dihubungi. Alhasil kami memutuskan untuk menjadi penanggung beliau. Akhirnya kami menelpon kembali Deli untuk memberitahukan hal tersebut, tapi ternyata Deli memberi kabar duka. Pak Maman telah kembali ke Rahmatulloh. Kami langsung bergegas ke rumah sakit Hasan Sadikin, Bandung tempat beliau di bawa. Komunikasi kami tidak terputus dengan Deli, saat kami menelponnya kembali Deli mengabarkan kalo ternyata Pak Maman menghembuskan nafas terakhirnya saat dalam perjalanan ke rumah sakit.
Setelah terjebak macet dan nyasar selama beberapa jam, akhirnya kami sampai di rumah sakit dan sempat bertemu dengan keluarga dan melihat jenazah Pak Maman. Kami menyampaikan belasungkawa dan menceritakan sedikit kronologisnya. Lalu kami pulang.
Hari itu tak akan terlupakan. Malaikat Izroil tak akan memberitahu kita kapan beliau ditugaskan Alloh untuk mengambil nyawa kita. Kawan tetaplah berjaga-jaga, maut selalu mendekati kita. Semoga kita bisa menghadap Yang Maha Pencipta dalam keadaan khusnul khotimah. Amin….

Jangan kaget ya, lagi bener nih…. Hwehehe….. 

Tidak ada komentar: